Monday, 18 April 2016

Penyair, Pujangga, Budayawan, Wartawan, Pengusaha.... PANUTAN dan INSPIRASI

Day #27: Jatuh?
bunyi tuts katakata
mati, mengetik 
namanya tanpa henti
panggil ia: ilalang. 
berayun 
di langit, menyala 
di tengah sore
memagut bibir
hari, tanpa ampun.
gigitlah kupukupukupu
yang muntah di perutku.

sajak butir-butir pasir
satu butir pasir
seratus butir pasir
berjuta-juta butir pasir
maha pasir
pasir-pasir 
pasir
pasir
satu butir pasir untuk nenek moyangku
satu butir pasir untuk ibuku
satu butir pasir untuk bapakku
satu butir pasir untuk rumahku
satu butir pasir untuk kampungku
satu butir pasir untuk pasirku
pasir-pasir 
gunung pasir
padang pasir
pulau pasir 
lautan pasir
langit pasir
semua pasir untukmu yang lahir di pasir
suatu hari kelak pada seribu tahun pasir
Ambon, 2009


Ps : 
day 27 : Jatuh?  By : perempuansore (14 Desember 2010) 
sumber : www.perempuansore.blogspot.com
Sajak Butir - Butir Pasir Oleh : Rudi Fofid
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/04/30/13375026/sajak-sajak.rudi.fofid

Ini karya dari 2 Nama yang akan saya bahas dalam #edisiidola hari ini, 2 nama yang menjadi salah satu lebih tepatnya dua inspirasi saya. 

1. Theoresia Rumthe (Usi Theo/ perempuansore)
Saya tau usi Theo sejak saya masih tinggal di bandung sekitar mungkin sekitar tahun 2005-ish pastinya saya sudah lupa. Saat itu, sahabat sahabat saya mulai ikut audisi terbuka dan di terima di Glorify The Lord Ensemble. Saya sering sekedar nonton mereka latihan atau bahkan nognkrong dan main bersama dengan kata lain groupies (hadeuuuuhhh). Seingat saya, saya berkenalan dengan Usi Theo karena sama-sama dari ambon kalau tidak salah atau salah satu dari kami menyadari bahwa kami berasal dari almamater yang sama   (SMUN 1 Ambon). Saya tidak terlalu ingat. Setelah itu hidup saya berlanjut. dan kami hanya sekedar tau saja. Namun apabila bertemu di jalan akan selalu seru karna Usi Theo adalah seorang pribadi yang hangat. Tebakan saya, walaupun beliau tidak kenal, sapaannya akan sama seperti menyapa sahabat lama. Simpel nya, kamu gak akan merasa terasing bila menyapa Usi Theo di jalan. Kesempatan bercerita panjang lebar dengan Usi Theo terjadi saat saya ikut mendukung acara pengumpulan buku yang diprakarsai Usi Theo. Dan kekaguman saya terhadap Usi Theo semakin jadi.
Belakangan, baru saya tahu Usi Theo adalah seorang penyiar radio, blogger, Master of Ceremony, penulis, pengajar public speaking dan belum lama ini menjadi pengusaha. 
Cuitan-cuitan Usi Theo lewat @perempuansore sangat ditunggu-tunggu, karya-karya Usi Theo dalam Blognya http://perempuansore.blogspot.co.id/ pun sama. Tulisannya selalu segar bahkan menguatkan. Semua hal dari puisi, prosa, pandangan, reviu Usi Theo buat saya selalu PAS, pas sedang jatuh cinta, pas saat patah hati, pas saat bergembira atau pas saat sedih. Lengkap! yang terakhir adalah Molucca Project yang diprakarsai Usi Theo sebagai seorang pengusaha yang tak terlepas dari akar nya. Bekerja sama dengan komunitas komunitas lain di Ambon, sudah beberapa proyek yang berhasil dibuat diantaranya Pameran Foto, Gerakan Menghitamkan Koran lalu Poetry on The Street! Menurut Usi Theo menulis itu adalah Berbagi. Alasan lainnya karena jatuh cinta. Tapi lebih banyak karena patah hati. :)

Salah satu cerita tentang Usi Theo bisa dibaca secara lengkap di sini 

2. Rudi Fofid (Opa Rudi Fofid)


Saya mengenal Opa yang belum terlalu tua ini melalui cerita-cerita serta postingan adik saya tentang beliau yang membaca puisi di trotoar bersama dengan anak-anak nya, melalui cerita dari sahabat saya sejak masa SD,dan melalui sahabat saya sejak masa SMA. Saya ingat, saya begitu tergerak sehingga saya mulai mencari tau tentang beliau. Rasa-rasanya pertama kali saya bercerita agak panjang lebar dengan beliau adalah waktu saya berkesempatan bergabung dengan KPA di Maluku membantu saudara-saudara korban banjir bandang di Negeri Lima. Sebenarnya saya pernah bertemu beliau di sebelumnya namun tak ada  obrolan. Obrolan panjang lebar saya dengan Opa yang lagi-lagi belum tua ini terjadi saat screening film “Cahaya Dari Timur” di daerah Kemang. Setelah itu, secangkir Kopi dengan Opa dan pasangan suami istri Angga dan Anggia Sasongko membuka obrolan santai kami. Beliau banyak bercerita tentang anak-anaknya yang sudah terbiasa dengan puisi lalu menceritakan isi puisi anaknya. Cerita tentang pandangannya tentang Aru, tentang Maluku, tentang persaudaraan dan tentang komunitas anak muda Maluku itu yang saya ingat. Semenjak obrolan itu, saya menyimpulkan Opa Rudi Fofid ini bukan hanya-seorang wartawan atau sastrawan. Menurut saya, beliau adalah seorang budayawan. 
Sedikit profil Opa Rudi Fofid bisa dibaca di salah satu blog  ini tapi, tenang saja kalian bisa menemui Opa yang belum terlalu Tua ini di link di bawah ini :