Friday 8 January 2016

2016

Selamat Tahun Baru 2016!!!

Sampai hari ini pun saya masih mendapatkan ucapan ini. Jadi jangan salahkan saya kalau masih mengucapkannya... after all, ini tulisan pertama saya di tahun 2016.


Hari ini saya ingin meracau saja boleh? 
sudah pasti boleh lah... ini kan blog saya. Dibaca syukur, gak lanjut dibaca pun tak masalah.



Bicara tahun baru pasti bicara resolusi. Saya gak pengen muluk-muluk. Saya hanya ingin jadi Matahari. Tentu saja bukan dalam arti harafiah. Mengapa matahari? karna matahari gak pernah pelit sinarnya. Tidak hanya pagi atau malam, sinar matahari dinikmati. Bahkan saat sinarnya yang terang jadi pujian milik bintang-bintang dan bukan matahari yang dipuji padahal, sinar itu milik matahari.

Matahari dikutuk disatu tempat dan dinanti ditempat lain. Tapi tetap saja dia sesuai dengan siklusnya.

5 bulan terakhir saya menjadi diri saya sendiri yang sebenar2nya tanpa topeng bagi beberapa orang. 
saya menikmati naik turunnya hidup, sedih senangnya pun komplit saya nikmati. Saya tdak pernah perduli apa kata orang terhadap saya, negatif atau positif. Namun dalam waktu 1 minggu ini buat saya sadar. Saya seorang yang HIPOKRIT dan MUNAFIK. Pendapat orang sangat berpengaruh pada saya. Buktinya saya rela membatasi kebahagiaan saya karna pendapat orang. Tapi, jangan khawatir... ada yang lebih parah dari sekedar memikirkan kata orang. Yang paling parah adalah, setelah membuang kebahagiaan saya dan walk away, saya menyalahkan orang lain... WHAT A BITCH!
Seteah saya banyak berpikir sampai2 rasanya saya mau botak saja, Saya berusaha kembali membuka komunikasi dan minta maaf. Diterima maafnya pun cukup. Syukur-syukur bisa kembali berjalan maju bersama. Ternyata apa yang saya lakukan sudah cukup menggores, bahkan ditanggapi pun tidak hehehe 

Memang... menyalahkan orang lain itu gampang. Tahun 2016 kok masih gini??? ahh entahlah... 

Sebagai orang Indonesia sebenar-benarnya. Semua ada untungnya, dalam situasi apapun. 
Dalam hal ini, untungnya saya adalah seorang perantauan. Saya sudah merantau +/- 14 tahun. Saya sudah biasa sendirian. Saya sudah biasa harus berusaha sendiri. Saya sudah biasa fleksible.
Biasanya kami para perantau tau, yang kami bisa andalkan adalah diri kami sendiri. Saat kami mengandalkan orang lain, biasanya kekecewaan yang didapat. Mungkin tidak semua orang tapi biasanya yang terjadi ini (maaf atas stereotyping).
Tapi sedikit banyak ini benar. Bahkan dalam soal KEBAHAGIAAN kalau saya mengandalkan orang lain untuk membahagiakan saya, saya akan kecewa karena MANUSIA TIDAK PERNAH PUAS. Jadi sebenarnya BAHAGIA SAYA BERGANTUNG PADA DIRI SAYA SENDIRI dan UNTUNGNYA SAYA PERNAH BAHAGIA walaupun ujung-ujungnya saya sendiri MENYABOTASE KEBAHAGIAAN saya.

YEP!!! THIS BITCH HAS LEARNED HER LESSON!!! - BHAI (biar kekinian)