Monday 11 January 2016

TENTANG MENULIS DAN CINTA

Biar mengalir bebas di sungai rasa,
Mata air kepedihan yg tak terucap kata,
Biarkan mengikuti arus...sesak melawan gelombang,
Diantara jeram tajam tanda tanya...

Ah... Mengapa? Kenapa? Bagaimana ini ada?
Sebodoh itu kah saya? Yang menyerah pada rasa
Terbelenggu dalam sayang dan cinta
Lalu ditampar logika dan selembar lima ribuan

 



*****

Dalam hiruk pikuk kuterdiam,
Inikah yang nama nya kesepian?
Ah... Mungkin ku hanya perlu sendiri
Mengambil waktu tuk mengerti

Yang tersisa dari hampanya ini
Sebersit tanya adakah waktu untuk kusendiri?
Syukurlah ku masih punya arti
Biarlah mereka menikmati ku di sini

Mencari arti dalam diam atau dalam riuh,
Namun rasanya tak satu terenyuh...
Tak usah khawatir, senyumku selalu tersedia
Karna ku bersyukur ku masih ada


*****

Menulis,menulislah sampai hitam buku tangan mu,
sampai jari dan telapak tangan kapalan,
sampai isi kepala bahkan isi hati tertuang,Menulislah!
sampai air mata mengering,
sampai seringai berubah menjadi tawa yang terbahak,
telanjangi rasa dan asa dan reguk nikmatnya liukan kata
goyangan frasa dan intimnya sebuah prosa.


*****

Panggil aku gila, tak masalah ku gila  karena cinta
Panggil aku sinting, ya aku sinting karena dia.
Panggil aku si kepala batu, karna dalam sabarku aku hanya menikmati dia, tanpa menunggu dia jadi milikku
Panggil aku gila, tak mengapa...

Aku gila karna masih merasakan cinta dalam sakit diabaikan,
Aku gila karna masih sayang, saat aku yg didekap namun yang lain yang terbayang.
Aku gila karna merindunya, disaat raganya bersamaku namun hati dan pikirannya punya orang lain.

Aku gila, mencintai tanpa menunggu dia berbalik... Mencintai tanpa berharap dia mengerti... Mencintai tanpa harapan dan aku bahagia (titik)